Selasa, 09 Oktober 2012

NAMA

Banyak orang yang percaya bahwa nama adalah sebuah doa. Akhirnya pun, banyak orang tua yang meluangkan waktu dan tenaga untuk mencari dan  memberikan nama yang terbaik untuk anaknya, dengan harapan anaknya akan mencerminkan arti atau makna di balik dari nama tersebut. Tak jarang, yang Muslim memberi anaknya nama-nama Nabi, seperti Muhammad dan Ibrahim untuk memberi aura Islami kepada anaknya. Banyak juga yang menggunakan bahasa sansekerta untuk memperindah sebuah nama. Bahkan, ada juga ibu-ibu yang menamakan anaknya mirip artis favoritnya karena semata-mata ngefans dan ingin anaknya menyamai nasib si artis tersebut. Sejujurnya memang semuanya tergantung kemauan si mama dan papa, kita sebagai anak sepertinya hanya bisa menerima dengan bangga nama apapun yang mereka berikan kepada kita, iya gak? :)
Seperti nama saya, Bilwalidayni yang artinya adalah “patuh kepada kedua orang tua”. Kalian tentu bisa menebak dari arti nama saya bahwa orang tua saya mengambil nama saya dari Al-Quran. Papa saya, ingin sekali memberikan unsur keIslaman pada nama anak agar – paling tidak – anaknya bisa patuh kepada kedua orang tua. Dan sepertinya, keinginan papa saya terkabul. Saya sangat sayang sama kedua orang tua saya :D
Lalu, kenapa kini saya dikenal dengan nama Bily? Sesungguhnya ada cerita yang cukup menarik di balik pemilihan nama saya ini. Sehari-hari, saya memang dipanggil dengan nama Dyni. Dan Ikbal adalah nama papa saya, yang juga digunakan sebagai nama belakang (nama keluarga) saya.
“Bily” ini diberikan oleh teman sebangku saya waktu SMA, karena kebetulan juga dulu ada teman saya yang juga bernama Dini. Awalnya, waktu saya mengetahui akan hal tersebut saya merasa pusing untuk mencari nama panggilan yang sesuai dengan nama lengkap saya “Bilwalidayni”, tetapi akhirnya teman saya memberi saya nama dengan Bily. Sejak itu pun, akhirnya saya lebih dikenal dengan nama Bily. Jadi, terima kasih untuk Ijha yang telah memberikan nama saya ini. :)
Saya sering merasa bahwa nama panggilan saya ini sangatlah mirip dengan nama laki-laki dan sampai sekarang, saya selalu merasa aneh setiap kali saya memperkenalkan nama saya “Bily” kepada orang lain dimana setiap saya memberitahukan di situ ada teman-teman SMA saya. Banyak orang pun akhirnya berusaha untuk memberikan nama singkatan untuk saya. Teman-teman SMA saya ada yang memanggil saya “BilGut” singkatan dari Bily Gutawa -karena mereka tahu saya ngefans sama “Gita Gutawa” dan bahkan mengumpulkan semua informasi tentang “Gita Gutawa”-, ada juga yang memanggil saya dengan nama singkatan saya yang lain “BilBil” -gabungan dari 3 huruf nama pertama saya-, ada juga yang hanya memanggil saya dengan sebutan “Bil”. Teman-teman SMP saya memanggil saya dengan sebutan “Dyni” sama seperti nama saya ketika saya di rumah atau bersama keluarga besar papa dan mama.
Sewaktu saya sekolah nama saya pun berbeda tiap kali di absen oleh guru. Sewaktu saya TK, mungkin mereka masih memanggil nama saya seperti nama dirumah saya, yaitu “Dyni”. Tetapi berbeda halnya sewaktu saya masuk SD di tahun 2000, banyak guru yang memanggil saya dengan nama Bil saat saya di suruh mengerjakan soal yang ada di papan tulis maupun ketika saya di absen. Mungkin nama saya yang bernuansa Arab sangatlah susah untuk di ucapkan. Bahkan terkadang ada guru yang salah mengucapkan nama saya, seperti “Bilwidayni Ikbal”, dan sebagai anak yang masih belum mengerti apa-apa saya pun tidak memprotes akan hal tersebut. Hal ini pun berlanjut sewaktu saya masuk SMP, tiap kali guru mengabsen nama saya, biasanya ada beberapa guru yang tidak bisa menyebutkan nama lengkap saya secara baik dan benar. Sama seperti waktu saya SD, mereka lebih suka memanggil saya dengan nama Bil -kecuali para guru Agama saya yang sangat suka sama nama lengkap saya-. Kisah nama lengkap saya pun masih berlangsung saat saya memasuki bangku SMA, di SMA -Alhamdulliah- nama saya bisa disebutkan dengan baik dan benar oleh guru-gurunya dan tetap nama saya ini sangat disukai oleh beberapa guru dan setiap kali saya berpapasan di koridor sekolah mereka biasanya langsung mengetahui itu saya. Tetapi, tetap masih ada beberapa guru yang memanggil saya dengan sebutan “Bil”.
Ada satu hal yang membuat saya benci ketika saya di panggil dengan nama “Wali”, saya selalu merasa jika di panggil Wali, saya langsung teringat akan Wali Songo dalam penyebaran Agama Islam di Jawa. Nama panggilan saya ini justru diberikan oleh salah seorang guru saya sewaktu SMA, dan tentu saja saya menolak ketika saya di panggil dengan sebutan “Wali”. Jadi, singkat cerita setiap kali beliau mengabsen sebelum nama saya di sebut biasanya saya akan langsung menggangkat tangan kanan saya cepat dan mengatakan “HADIR PAK”.
Kini, di tempat bimbel, saya dikenal dengan nama lain. Saya memilih untuk menggunakan huruf nama depan saya, Bil, karena lebih mudah bagi saya untuk menjawab pertanyaan mereka apabila saya menggunakan nama “Bil”. Banyak juga teman-teman terdekat saya yang lebih suka memanggil saya BilJu (dibanding Bily ataupun Bil) dan mulai membuat singkatan dari bil, wali, lida, dayni, atau ni. Ada juga bahkan sahabat dan keluarga saya yang memanggil saya dyni, bilwa, dan ni.
Dipikir-pikir, banyak juga ya nama panggilan saya. Tapi saya bersyukur karena saya merasa bahwa semua nama panggilan ini adalah tanda sayang mereka pada saya.
Intinya, our name is a gift. Be proud and always be thankful because you’ll be carrying the name for the rest of your life. :)
Apa kalian punya cerita dibalik nama lengkap atau nama panggilan kalian? Coba ceritakan di sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar