Sabtu, 19 Februari 2011

Cinta Takkan Salah

Mati-matian Lita memaksakan kakinya terus berjalan. Rasanya berat banget. Belum pernah ia merasa secapek ini. Napasnya seperti berada di ujung tenggorokan. Belum lagi dahaga yang mencekat lehernya tanpa ampun. Lita tidak punya pilihan lain. Ia harus terus berjalan untuk sampai ke sekolah. Ia sudah hampir terlambat. Ia melirik jam yang melingkar manis di tangannya, tepat pukul tujuh lewat dua puluh menit. Lita pun mempercepat langkah kakinya, sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan di tutup dan bang ian tidak akan membukakan pintu gerbang walau terlambat 1 menit sekalipun.

Dengung mesin motor tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Lita berhenti berlari. Ia celingukan mencari suara itu. Tapi sepertinya tidak ada, akhirnya Lita melanjutkan larinya agar tidak terlambat. Tiba-tiba, motor itu berhenti tepat di samping Lita.

“Hei, Lita” suara si pengendara motor yang tak lain adalah pacar sahabat Lita dan yang tak lain adalah seniornya yang bernama Aldi.

“Ya ampun, Kak Aldi, kamu tuh bikin kaget saja. Aku sedang buru-buru nih. Bentar lagi bel” jawab Lita dengan susah payah.

“Ya, udah kita bareng aja ke sekolahnya supaya kita berdua gak telat. Ayo, buruan naik keburu bel loh entar” kata Aldi kepada Lita

Lita pun tidak punya pilihan lain, karena lima menit lagi bel berbunyi. Lita pun akhirnya menggangguk.

Motor Aldi pun meninggalkan tempat tersebut. Menuju SMA Nusantara, sekolah mereka berdua. Tepat saat mereka sampai di parkiran sekolah, bel pun berbunyi. Lita pun langsung turun dari motor. Lita pun berlari menuju kelasnya di lantai 2. Sampai-sampai dia lupa mengucapkan terima kasih kepada Kak Aldi karena telah mengantarnya.
Lita terus berlari menuju kelas 2 IPA 3, karena jam pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris dan guru mereka sangat tidak menyukai ada siswa yang terlambat walaupun cuma satu detik saja. Akhirnya, Lita sampai di kelasnya dan gurupun belum datang. Saat Lita baru duduk di bangkunya, guru pun datang.

Bel pun berbunyi Lita, Lita bersama sahabatnya Novi berjalan menuju kantin. Lita pun menceritakan bahwa tadi Ia berangkat bareng sama Aldi kepada Novi agar sahabatnya itu tidak cemburu. Tidak berapa lama, Aldi pun datang dan langsung duduk di samping Novi. Tiba-tiba, Lita teringat sesuatu kalo dia belum mengucapkan terima kasih kepada Aldi.

“Oh yah, Kak. Tadi pagi aku lupa bilang makasih sama kamu karma kamu udah ngantar aku ke sekolah dan aku gak telat nyampe di sekolahnya.” kata Lita sembari senyum kepada Aldi

“Oh. Gak papa kok. Aku juga ngerti. Lagian kalo sampe terlambat, kamu gak bakalan bisa masuk belajar pelajaran bahasa inggris selama seminggu, kan.” Jawab Aldi sambil tersenyum kepada Lita.
Lita pun tersenyum puas. Mereka bertiga pun melanjutkan pembicaraan mereka yang lain.

Bel pelajaran akhir pun berbunyi menandakan sudah waktunya pulang. Lita dan Novi berjalan keluar kelas menuju parkiran sekolah. Tadi, waktu di kantin Aldi berkata pada Lita ada seseorang yang ingin bertemu dengannya sepulang sekolah nanti di parkiran sekolah.

Akhirnya, Lita dan Novi sampai di parkiran sekolah dan berdiri tepat di samping motor Aldi.

“Aduh, Kak Aldi kemana sih. Capek nih berdiri terus di sini. Panas lagi.” keluh Novi yang sudah tidak sabar menanti kedatangan sang kekasih

“Sabar dong, Nov. Mungkin gurunya belum selesai ngajarnya.” bujuk Lita kepada Novi.

Novi pun mengangguk setuju.

Tiga puluh menit kemudian, Aldi datang bersama seorang pria seumuran dengan dirinya. Novi pun tersenyum karma Aldi telah datang. Dia pun berdiri sambil tersenyum kepada Aldi.

“Kamu kok lama banget sih, aku udah capek nungguin kamu dari tadi di sini” ucap Novi saat Aldi berdiri tepat di sampingnya.

“Maaf yah, Nov. Oh yah, Lit. Tadi kan aku dah bilang di kantin kalo ada yang pengen bertemu dengan kamu, ini orangnya.” kata Aldi “Kenalkan ini Rifa, sahabat aku” sambung Aldi kepada Lita

Lita pun mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan dari Rifa

“Hai, aku Lita. Salam kenal” kata Lita sambil tersenyum kepada Rifa

“Aku Rifa sahabatnya Aldi. Salam kenal juga yah” jawab Rifa

Novi pun memecah kesunyian yang tiba-tiba ada di antara mereka berempat. Novi pun menoleh kepada Aldi

“Kita pulang yuk. Aku udah lapar nih.” katanya

“Yuk” jawab Aldi

Aldi pun menoleh kepada Rifa dan tersenyum penuh arti kepadanya. Rifa pun mengerti dan langsung mengangguk.

“Ya udah kita berdua duluan yah” ucap Aldi
“Bye” kata Novi

Aldi dan Novi pun sudah pulang. Tinggal Rifa dan Lita yang berada di parkiran sekolah mereka.

Rifa pun memecah kesunyian di antara mereka berdua.

“Ayo, kita pulang. Aku antar kamu ke rumah kamu.” ucap Rifa kepada Lita

Lita pun menjawab dengan malu-malu “Iya Kak Rifa. Makasih sebelumnya” sembari tersenyum kepada Rifa

Rifa pun membalas senyum Lita dengan muka yang merah padam. Rifa pun mengambil motornya yang terparkir dan memberikan jaketnya kepada Lita agar gadis itu tidak kepanasan

Sepanjang perjalanan, Rifa banyak mengobrol dengan Lita. Dan menurut Rifa, Lita itu gadis yang pintar, cantik, manis dan lucu.

Akhirnya mereka berdua berhenti di depan rumah dengan pagar berwarna coklat yang tak lain adalah rumah Lita.

Lita pun turun dari motor. Dan melepaskan jaket yang dia pakai dan menyerahkannya kepada sang pemilik yaitu Rifa. Lita pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Rifa. Rifa pun tersenyum dan sebelum Lita masuk ke dalam rumahnya, Rifa menawarkan kepada Lita untuk di jemput besok pagi dan berangkat ke sekolah bersama-sama. Lita pun menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya.

Malam harinya, Lita menelpon Novi dan menceritakan semuanya. Setelah menutup telepon, tiba-tiba hp Lita berbunyi Hati yang berbunga pada pandangan pertama oh Tuhan tolonglah Aku cinta Aku Cinta Dia. Lita pun melihat nomor yang muncul di layar hpnya. Nomor yang baru dan dia tidak tahu dari siapa. Dia pun langsung mengangkatnya.

“Halo, dari siapa yah?” tanya Lita

“Halo. Ini dengan Rifa. Benar ini nomornya Lita?” jawab Rifa

Lita pun terkejut mendengar nama yang di sebutkan penelpon itu.

“Oh yah, benar. Ini Lita. Ada apa yah kak?”

“Gak ada apa-apa kok cuma pengen nelpon aja. Gak boleh yah? Cowok kamu marah yah kalo aku nelpon?”  tanya Rifa kepada Lita

“Boleh kok, Kak. Lita gak punya cowok kok. Jadi gak ada yang marah kok.” jawab Lita

“Ya udah, aku cuma mau mastiin ini nomor kamu apa bukan. Udah malam nih. Kamu bobo gih entar telat besok bangunnya. Sampai lupa, aku jemput kamu besok yah?” ucap Rifa

“Iya deh Kak Rifa. Sip Kak. Ya udah, Selamat Malam Kak Rifa” ujar Lita sambil tersenyum dengan pipi yang merona.

“Selamat malam juga Lita.” ucap Rifa sambil menutup telepon.

Lita pun menyimpan hpnya di meja nakas di samping tempat tidurnya sambil tersenyum. Dan tidak berapa lama kemudian. Lita pun melayang ke alam mimpi.

Keesokan harinya, Lita bangun lebih awal dari jam bekernya. Dia sedang sibuk memilih tas, sepatu dan aksesoris yang hendak di pakainya ke sekolah hari ini. Setelah berkutat dengan semua isi lemarinya, ia menjatuhkan pilihan kepada tas, sepatu dan aksesoris berwarna pink semua, menandakan ia sedang jatuh cinta dan dia berharap Rifa menyukai penampilannya hari ini. Lita pun tersenyum puas dan bergegas mandi.

Pukul setengah tujuh pagi, suara klakson terdengar. Lita pun segera menghabiskan sarapannya dan langsung pamitan kepada kedua orang tuanya. Pagi ini, Rifa terlihat sangat ganteng dengan gayanya yang khas. Melihat Lita keluar dari rumahnya,senyum di wajah ganteng Rifa seketika muncul menyambut Lita.

“Pagi, Lit” ucap Rifa

“Pagi juga, Kak Rifa” balas Lita kepada Rifa dengan senyum yang menghiasi wajahnya

“Kita berangkat sekarang yah. Entar keburu macet” kata Rifa

Lita pun mengangguk dan berjalan mengikuti Rifa menuju motornya. Mereka berdua pun meninggalkan rumah Lita dengan senyum yang menghiasi wajah mereka.

Tidak berapa lama mereka telah sampai di sekolah. Lita turun dari motor dan mengucapkan terima kasih kepada Rifa. Mereka pun berpisah di parkiran dan berjalan menuju kelas mereka masing-masing.

Sepanjang hari wajah Lita tidak pernah kehilangan senyum. Dia sangat bahagia. Bahkan dia sudah tidak sabar ingin ketemu dengan Rifa lagi. Novi sahabat sekaligus teman sebangku Lita bingung melihat ekspresi Lita yang dari tadi senyum. Dia ingin bertanya tapi urung juga.

Akrinya bel tanda pelajaran berakhir pun berbunyi. Lita langsung bergegas membereskan semua buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Senyumnya pun tidak pernah lepas dari wajah manisnya. Novi pun semakin tidak tahan untuk bertanya kepada sahabatnya itu.

“Lit, dari tadi aku perhatiin kamu senyum mulu. Ada apa sih?” tanya Novi

Lita melihat sahabatnya itu dan menjawab sambil tersenyum, “Kamu tau kan kalo orang lagi jatuh cinta itu seperti apa? Aku sekarang lagi jatuh cinta, Nov”.

Novi pun terkejut mendengar ucapan sahabatnya tersebut. Sebelum Novi bertanya lagi, Lita telah berjalan menuju pintu kelas. Dia meninggalkan Novi dengan seribu satu macam pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.

Lita sedang menunggu angkot untuk pulang ke rumahnya. Tiba-tiba, Rifa muncul di hadapannya.

“Kamu bareng aku aja, Lit pulangnya. Lagian searah juga kan. Soalnya dari tadi aku perhatiin kamu gak dapat-dapat angkot juga” tawar Rifa kepada Lita

“Aduh, ngerepotin lagi Kak. Gak usahlah. Entar cewek kakak marah lagi sama aku.” tolak Lita halus

“Gak ngerepotin kok. Aku gak punya cewek kok, Lit jadi gak akan ada yang marah kok kalo aku nganterin kamu pulang” desak Rifa

“Ya udah deh Kak. Makasih sebelumnya. Kakak udah jemput aku tadi pagi eh sekarang malah ngantar aku pulang lagi.” ucap Lita sambil naik ke atas motor milik Rifa

“Sama-sama. Lagian aku juga senang kok. Gak usah sungkan deh.” Balas Rifa

Mereka pun meninggalkan halte tempat Lita menunggu angkot tadi dan motor pun melaju di jalan. Rifa dan Lita sibuk bercerita tentang hobi mereka yang ternyata sama yaitu membaca. Tiba-tiba, jantung Rifa berdetak cukup keras saat Lita bersandar di punggung Rifa. Apakah ini namanya jatuh cinta? tanya Rifa kepada hatinya

Akhirnya, mereka telah sampai di rumah Lita. Lita pun turun dari motor.

“Makasih banyak yah Kak.” ujar Lita sambil tersenyum kepada Rifa

“Sama-sama, Lit.” ucap Rifa kepada Lita

“Aku masuk dulu yah kak. Sekali lagi makasih” kata Lita

“Ya udah” Rifa pun tersenyum kepada Lita

Lita pun berjalan menuju gerbang rumahnya. Tiba-tiba, tangan Rifa memegang pergelangan tangannya dan itu memaksa Lita tuk berhenti. Lita kaget atas perlakukan Rifa kepada dirinya. Lita pun segera menoleh dan menemukan sepasang mata yang membuat jantungnya berdebar cukup keras.

Rifa menarik nafas sebelum akhirnya ia berbicara.

“Lita, aku suka sama kamu. Maukah kamu menjadi pacarku, Lit?” tanya Rifa kepada Lita dengan senyum yang semakin membuat jantung Lita berdebar-debar.

Lita terdiam mendengar pengakuan cinta Rifa kepada dirinya. Apakah ia tidak salah dengar? kata Lita kepada hati kecilnya. Tidak, kamu tidak salah dengar Lit. jawab hati kecil Lita. Sekarang dia harus bagaimana? Dia bingung. Ini adalah momen yang sangat istimewa karena ini yang pertama bagi dirinya. Kamu suka sama Rifa, Lit. Jadi, kamu harus menerima dia sebagai pacar kamu. ucap hati kecil Lita mengingatkan. Lita tersenyum senang. Hati kecilnya benar, ia suka pada Rifa.

Rifa berdiri di hadapan Lita dengan ketegangan yang memuncak.

“Bagaimana, Lit? Kamu mau jadi pacarku?” tanya Rifa sekali lagi terhadap Lita.

Dengan wajah merah merona, Lita menjawab “Aku mau jadi pacar kamu. Aku juga suka sama kamu.”

Rifa pun tersenyum mendengar jawaban dari Lita. Dia pun langsung memeluk Lita. Dia sangat bahagia karena akhirnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Lita juga suka pada dirinya.

Lita pun terbenam dalam pelukan hangat Rifa. Dia sangat bahagia. Tiba-tiba, Lita merasakan Rifa memegang dagunya dan mengangkat naik wajahnya. Lita dapat melihat wajah pacarnya itu dengan jelas. Tiba-tiba, Rifa mendaratkan ciuman hangat di dahi Lita. Pipi Lita pun seketika merah merona atas perlakuan Rifa kepada dirinya.

Hari itu tepat tanggal 18 Agustus 2010, mereka berdua resmi jadian. Dan sampai saat ini, mereka masih akur dan damai saja. Walaupun Rifa adalah senior Lita dan mereka dapat membuat cinta mereka semakin tumbuh subur setiap saat.

Itu memberi bukti, kalo cinta itu tak pernah salah. Cinta dapat menyatukan dua anak manusia yang sudah kenal terlebih dahulu bahkan yang belum pernah sama sekali kenal. Cinta itu seperti jalangkung. Datang tak di jemput pulang tak pernah di antar. Cinta itu datang dari arah barat maupun timur, torehan pertamanya selalu membuat semua orang yang merasakan cinta pertama akan menjaga baik-baik cinta mereka sampai kapanpun.





TAMAT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar